“Anda tidak lagi perlu memegang ponsel di telinga Anda,” kata Volakis, seperti dikutip dari New York Times, 25 Oktober 2011. “Kita akan mengeliminasinya, dan itu akan menjadi bagian dari pakaian kita,” ucapnya.
Langkah yang ia lakukan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk membuat ‘tekstil cerdas’ atau pakaian yang dikenakan namun memiliki perangkat elektronik yang mampu mengumpulkan, menyimpan, mengirim, dan menerima informasi di dalamnya.
Di laboratoriumnya, Volakis sendiri fokus ke bagian pengiriman dan penerimaan informasi, berupaya mengubah pakaian militer, jubah rumah sakit, bahkan kaos sehari-hari menjadi sebuah antena.
Di samping membawa teknologi di film-film fiksi ilmiah ke dunia nyata, misalnya cukup berkata lewat kerah baju jika Anda ingin berbicara pada orang lain, antena pada pakaian akan menghadirkan metode komunikasi tersembunyi bagi tentara, pemantau nirkabel bagi pasien dan mampu meraih sinyal dengan lebih baik.
Meski begitu, Volakis dan timnya membutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk mengembangkan pakaian berantena bagi pengguna sipil. Namun demikian, laboratoriumnya berhasil membuat antena di dalam rompi antipeluru bagi pasukan angkatan darat Amerika Serikat.
Dengan rompi tersebut, kata Chi-Chih Chen, peneliti yang mengembangkan, dilengkapi dengan panel antena di depan dan tiga buah panel lain di belakangnya, sama seperti memiliki ‘lebih banyak mata dan telinga’ bagi penggunanya.
“Kita punya banyak ruangan pada tubuh kita. Mengapa tidak kita manfaatkan untuk menempatkan antena di sana,” kata Volakis. “Mari kita pastikan bahwa kita akan terus mendapatkan 5 bar pada perangkat komunikasi kita. Atau bahkan kalau perlu, 10 bar,” ucapnya. (eh)
sumber | • VIVAnews