Screenshot KarTunet.com |
Jakarta - Pembaca, dunia maya alias internet ternyata tak hanya jadi milik orang berpenglihatan. Saat ini, tunanetra pun tak mau kalah berpartisipasi di ranah online.
Ada yang gemar chatting, blogging, Facebook-an, bahkan menghasilkan karya berupa konten-konten yang bermanfaat bagi orang banyak!
Wah, kok bisa ya? Padahal tunanetra tidak bisa melihat? Bagi yang penasaran, simak terus artikel ini!
Tak Hanya Braille
Kalau kita mendengar kata "tunanetra" lalu menghubungkannya dengan akses informasi, biasanya yang terbayang di kepala kita adalah seorang buta yang membaca dan menulis menggunakan Braille, yaitu format huruf timbul yang ditulis dengan cara menusukkan pena ke cetakan khusus yang hasilnya dapat dibaca dengan cara diraba menggunakan jari.
Namun, seiring terus berkembangnya teknologi, akses tunanetra terhadap informasi tak hanya terbatas pada bahan berformat Braille saja. Kini, mereka sudah dapat menerima dan memberi informasi lewat internet, yang merupakan sumber informasi terbesar dan terluas di dunia.
Dalam kurun waktu yang lumayan singkat, tunanetra sudah mampu menguasai sebagian besar fitur yang ditawarkan internet. Tahun 2005 misalnya, boleh jadi kebanyakan tunanetra hanya memanfaatkan e-mail, messenger, dan browser untuk aktivitas sehari-hari.
6 tahun kemudian, ternyata sudah banyak yang memanfaatkan internet untuk media hiburan, bahkan tak sedikit tunanetra yang sekarang punya akun twitter dan Facebook (banyak dijumpai sebagai teman penulis).
Lalu, bagaimana tunanetra dapat berselancar di internet, yang notabene membutuhkan penglihatan untuk dapat mengaksesnya?
Akses Suara
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penulis ingin menyampaikan bahwa untuk mengakses internet, tunanetra juga menggunakan input yang sama dengan orang berpenglihatan.
Dengan berbekal seperangkat PC, laptop, atau ponsel, tunanetra sudah dapat mengakses informasi seperti halnya rekan-rekan mereka yang berpenglihatan.
Nah, untuk dapat mengakses internet menggunakan perangkat di atas, tunanetra menggunakan aplikasi pembaca layar (screen reader), yaitu perangkat lunak yang berfungsi mengubah teks atau obyek yang tampil di layar ke bentuk suara.
Jadi, tunanetra mengakses informasi bukan dengan melihat, namun mendengar keluaran suara yang telah diproses oleh pembaca layar.
Contoh paling sederhana, bila tunanetra mengetik huruf I N T E R N E T S E H A T, maka tiap tombol yang ditekan akan menghasilkan suara sesuai dengan huruf yang diakses. Nah, semisal di layar monitor terdapat tulisan INTERNET SEHAT, maka bila diakses menggunakan screen reader akan terdengar bunyi "internet sehat" di speaker komputer.
Aplikasi Screen Reader
Salah satu aplikasi pembaca layar yang paling populer adalah JAWS (Job Access with Speech) yang dapat diunduh di www.freedomscientific.com. JAWS dapat dipasang di komputer atau laptop yang menggunakan sistem operasi Windows jenis apa pun, baik yang 32-bit atau 64-bit.
Sebelum memutuskan untuk membeli versi utuhnya, Anda dapat menjajal versi demonya yang bisa dipakai selama 40 menit, lalu Anda harus reboot komputer untuk dapat menggunakannya lagi.
Untuk ponsel, tunanetra dapat menggunakan Talks (www.nuance.com/talks), atau Mobile Speak (www.codefactory.es).
Tersedia juga Oratio, pembaca layar untuk BlackBerry, namun hingga saat ini baru BlackBerry Curve 8520 yang didukung oleh pembaca layar tersebut.
Bagi tunanetra yang ingin mengakses internet menggunakan perangkat besutan Apple (Macintosh, iPhone, atau iPad), tersedia juga pembaca layar bawaan yang dapat dijalankan dari menu Accessibility. Meski tak senyaman pembaca layar komersial, namun cukup membantu untuk akses perangkat yang bersangkutan.
Masih Ada Kendala
Berkat adanya teknologi pembantu yang memungkinkan tunanetra mengakses internet ternyata membawa dampak dan manfaat positif yang cukup besar, tak hanya bagi tunanetra sendiri, namun bagi masyarakat pada umumnya.
Bayangkan. Dengan makin banyaknya konten yang dirilis tunanetra di internet, maka semakin banyak pula orang yang sadar dan mengenal dunia tunanetra.
Masyarakat jadi tahu bagaimana cara tunanetra hidup dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, bagaimana tunanetra dapat bersekolah dan bekerja, atau hal-hal unik lainnya yang selama ini "tersembunyi dalam kegelapan" lantaran tunanetra dulunya tak memiliki akses internet semudah sekarang.
Namun, tentu saja masih ada beberapa kendala yang dihadapi tunanetra saat berinteraksi di internet.
Dulu, ketika layanan online belum serba otomatis seperti sekarang, tunanetra yang gemar nge-blog atau berbagi informasi via website harus membuat sendiri lamannya menggunakan kode HTML atau Javascript. Salah satunya adalah penulis yang kala itu membangun situs pribadi secara manual.
Jadi, jangan heran bila Anda mengunjungi website buatan tunanetra, maka Anda akan menemukan tulisan yang tidak terbaca lantaran warnanya tidak serasi dengan latarnya, atau foto yang kebesaran (dan tak jarang terbalik posisinya) sehingga menghancurkan konten-konten di sekelilingnya.
Masalah lain yang menghambat tunanetra dalam proses pertukaran informasi di internet adalah masih banyaknya situs yang didesain tanpa mengindahkan struktur aksesibilitas bagi tunanetra, sehingga tunanetra kesulitan mengaksesnya.
Selain masalah di atas, tentunya masih banyak persoalan lain yang perlu diperhatikan agar tunanetra dapat lebih mudah dan leluasa dalam ber-internet.
Karya Tunanetra di Web
Nah, sekarang Anda pasti penasaran ingin melihat bagaimana hasil karya tunanetra Indonesia yang sudah mejeng di internet, kan?
Ramaditya.com
Yang pertama, tentu saja, adalah laman pribadi milik penulis. Situs yang beralamat di www.ramaditya.com ini sudah online sejak 2003, dan masih aktif hingga sekarang, berdampingan dengan akun Multiply, Facebook, Twitter, dan YouTube, yang juga penulis gunakan sebagai media interaksi di internet.
Lewat situs pribadi dan beberapa akun jejaring sosial di atas, penulis coba berpartisipasi di ranah online dengan menyajikan kisah hidup penulis sebagai jurnalis, pemusik, blogger, dan trainer tunanetra.
Penulis juga bercerita tentang berbagai perjalanan keliling Indonesia yang penulis lakukan, baik via foto atau pun video. Ini tentu saja sebagai wujud cinta penulis terhadap Indonesia, sekaligus menunjukkan bahwa ternyata tunanetra pun bisa menyajikan konten berupa foto dan video, meski banyak terdapat kekurangan di sana-sini.
KarTunet.com
Selain situs pribadi milik penulis, beberapa orang tunanetra di Indonesia yang cukup aktif ber-internet pun mendirikan KARTUNET. Tenang, ini bukan situs film kartun atau kartu telepon, melainkan wadah bagi tunanetra untuk menuangkan karya-karyanya. Ya, karena KARTUNET sendiri merupakan singkatan dari Karya Tunanetra, yang situsnya dapat diakses melalui www.kartunet.com.
Lewat KARTUNET, pengunjung dapat membaca berbagai konten yang dikirimkan oleh tunanetra yang menjadi anggotanya. Ada CERPEN, puisi, bahkan essay yang tak kalah kualitasnya dengan karya penulis-penulis berpenglihatan. Jika ingin berinteraksi dengan anggota KARTUNET, Anda juga dapat bergabung di forum KARTUNET yang juga dimoderatori oleh tunanetra.
Salah seorang pentolan KARTUNET yang bernama lengkap Aris Yohanes ternyata juga menekuni bidang programming! Bayangkan! Tanpa bantuan penglihatan, Aris telah menguasai Visual Basic dan beberapa bahasa pemrograman berbasis teks lainnya.
ArisTeg.com
Kiprah Aris sebagai programmer tunanetra dimulai sekitar tahun 2005, di mana ia mulai belajar bahasa pemrograman lewat artikel-artikel berbahasa Inggris yang diunduhnya. Pria yang gemar mengutak-atik perangkat keras ini pun bergabung di berbagai forum dan milis luar negeri guna menimba ilmu lebih dalam.
Aris kemudian membuat sebuah blog yang beralamat di www.aris-tutorial-tutorial.netfirms.com, berisi macam-macam tutorial pemrograman yang dikuasainya, yang ditulis menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini tentu saja memudahkan pengunjung yang awam bahasa Inggris untuk mempelajari materi yang sebelumnya juga dipelajari Aris.
Sayang, karena saat itu Aris menggunakan layanan free hosting, sepertinya situs perdananya itu sudah tidak aktif lagi, mungkin digusur oleh si empunya layanan guna memberi tempat buat mereka yang membayar jasa layanan hosting.
Namun, hal itu tak menyurutkan semangat Aris dalam berkarya. Selain aktif sebagai moderator di KARTUNET, kini Aris pun membuka layanan free hosting yang beralamat di www.aristeg.com.
Crisanova.blogspot.com
Tak hanya pria, ternyata wanita tunanetra pun sudah mulai nge-blog. Tengok saja laman pribadi milik Chrysanova Dewi yang beralamat di www.crisanova.blogspot.com.
Nova, begitu panggilan akrabnya, sangat menyukai cerita fiksi. Ia pun tertarik menuangkan imajinasinya ke dalam blog. Memang, untuk soal berimajinasi Nova tidak mengalami kesulitan berarti, karena dulunya penglihatan Nova masih dapat berfungsi, namun karena satu dan lain hal kini ia kehilangan fungsi penglihatannya.
Soal update, Nova tergolong cukup rajin mengisi blognya. Saat ini, ia tengah menggarap sebuah kisah fiksi bersambung yang selalu di-update setiap bulannya.
Semangat dan Motivasi
Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian kecil dari tunanetra Indonesia yang telah aktif berinteraksi dan berkarya di internet. Tanpa kita sadari, mereka telah menjadi bagian dari aktivitas online bangsa kita, yang layak mendapat perhatian dan posisi dalam interaksi konten di dunia maya.
Penulis yakin bahwa banyak di antara pembaca artikel ini yang gemar berinteraksi di internet, apa pun jenis aktivitasnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah kita memiliki semangat dan motivasi yang sama dengan rekan-rekan tunanetra di Indonesia, yang meskipun dibatasi oleh kekurangan fisiknya, namun mereka tetap berusaha ambil bagian dalam perkembangan internet bangsa kita?
Setelah selesai membaca artikel ini, cobalah untuk menutup mata barang sejenak. Bayangkan seandainya penglihatan itu hilang sama sekali, dan Anda tak lagi dapat menggunakannya untuk menatap keindahan dan kemakmuran Indonesia, yang mana seharusnya hal itu dapat Anda tuangkan lewat konten-konten lokal yang bermanfaat dan menggugah hati siapa pun yang membacanya.
Lalu, ingatlah mereka, rekan-rekan tunanetra di Indonesia yang saat ini tengah berusaha dengan gigih dan giat untuk menghasilkan hal yang positif menggunakan internet tanpa dibekali penglihatan seperti Anda.
Maka, setelah Anda membuka mata lagi, penulis berharap kesadaran baru akan muncul, yang akan menaikkan semangat dan motivasi Anda untuk lebih rajin dan giat ber-internet, tentunya selain untuk membahagiakan diri sendiri, juga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi orang lain.
Selamat berkarya!
Tentang Penulis: Eko Ramaditya Adikara adalah blogger tuna netra yang menggemari dunia digital dan teknologi informasi. Blognya bisa dibaca di http://ramaditya.multiply.com/. |
sumber : detikInet
1 Responses So Far:
Aku suka lihat Ramaditya online di Perpustakaan Depdiknas, Senayan, Jakarta. Disitu ada bagian komputer untuk tunanetra.