Berkembangnya saling ketergantungan dalam hubungan percintaan dan memasuki tahapan hubungan yang semakin erat, pada satu sisi menjawab kebutuhan emosional satu sama lain.
Di sisi lain, dapat berarti bentangan masalah yang menimbulkan ketegangan-ketegangan. Berikut beberapa hal yang sangat mungkin timbul seiring dengan berkembangnya komitmen.
1. Kecewa Orang yang saling mencinta biasanya mengidealkan partnernya, namun akhirnya menemukan partnernya tidak seideal yang diangankan. Mungkin seseorang menemukan pasangannya tidak sensitif, tidak penuh perhatian, atau tidak secerdas yang dibayangkan. Yang lain menemukan rencana masa depan pasangan sangat berbeda dengan dirinya. Dalam keadaan demikian, memenuhi kebutuhan pasangan dirasa sebagai pengorbanan, sehingga memicu konflik.
Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, langkah yang paling tepat adalah mencoba realistis, menerima pasangan apa adanya, dan justru saling membangun dalam kebersamaan.
2. Timbulnya kebohonganMenurut Deaux dkk. dalam bukunya Social Psychology in the ‘90 (1993), meningkatnya ketegangan akibat berkembangnya komitmen ini memicu timbulnya pola-pola kebohongan tertentu. Kebohongan dapat dimaksudkan untuk melindungi konsep diri atau untuk mendapatkan respon yang menyenangkan (rewards).
Dalam hubungan yang lebih lama, kebohongan lebih sering digunakan untuk melindungi hubungan itu sendiri. Kebohongan untuk melindungi hubungan, lebih sering berupa usaha menyembunyikan informasi, bukan memberikan informasi yang salah. Misalnya, tidak memberitahukan adanya kartu ulang tahun dari mantan pacar demi menjaga harga diri pasangan.
Apa pun motifnya, kebohongan dapat memicu kecurigaan atau prasangka yang justru jauh lebih membahayakan hubungan. Pasangan dapat terhindar dari kebohongan satu sama lain bila masing-masing pihak dapat memberikan rasa aman terhadap pasangan dengan sikap dasar menerima pasangan apa adanya.
Sebaliknya, kebohongan akan mudah berkembang bila ada pihak yang kurang merasa aman dalam hubungan dengan pasangan, baik karena kurang percaya diri ataupun adanya tekanan yang dirasakan dari pasangan (sikap menguasai, ancaman putus hubungan, dan sebagainya).
3. Cemburu
Kerawanan lain yang mungkin timbul akibat berkembangnya komitmen adalah tumbuhnya rasa cemburu. Seorang penulis dari Perancis, La Roche Foucauld, menyatakan, “Cemburu itu selalu lahir bersamaan dengan lahirnya cinta”. Namun, beberapa riset menemukan bahwa faktor umum dari cemburu yang sangat kuat adalah keinginan untuk meraih hubungan yang eksklusif dan perasaan ketidakcakapan (inadequacy).
Cemburu dapat sangat membahayakan hubungan, terutama bila dilandasi dengan kondisi emosional yang sangat kuat: cenderung irasional dan disertai prasangka negatif yang sangat kuat (cemburu buta).
Terdapat perbedaan penyebab cemburu antara pria dan wanita. Pada pria, cemburu lebih sering berkaitan dengan harga diri. Sebaliknya, pada wanita lebih didasari oleh ketergantungan yang kuat. Itu sebabnya respon terhadap cemburu berbeda.
Sebuah riset menemukan, pria umumnya memberikan reaksi marah dan justru melakukan aktivitas yang membahayakan hubungan. Pada wanita umumnya depresif dan melakukan sesuatu untuk meningkatkan hubungan itu sendiri.
Cemburu sebagai perwujudan cinta, pada satu sisi merupakan bumbu romantisme. Namun, bila cemburu buta terjadi, nyata-nyata membahayakan hubungan.
Cemburu terhadap pasangan dapat lebih ringan bila masing-masing telah mengembangkan konsep diri yang positif dan saling menghargai. Dengan demikian, pihak pria tidak lagi dikungkung oleh masalah harga diri dan pihak wanita menjadi lebih independen, terhindar dari ketakutan berlebihan akan kehilangan pasangan.
Perkembangan Masalah
Munculnya problem kekecewaan (kenyataan tidak sesuai angan-angan), problem harga diri, atau takut kehilangan pasangan merupakan konsekuensi berkembangnya komitmen. Selanjutnya melalui interaksi problem tersebut dapat semakin membesar, seperti setitik api mendapat siraman bensin.
Tentu tidak selalu demikian. Ada juga pasangan-pasangan yang akhirnya mampu mengembangkan rasa saling percaya, sehingga hubungan mereka menjadi sumber kebahagiaan. Semoga semakin banyak pasangan yang mampu mengembangkan keserasian dalam hubungan perkawinan!
MM Nilam Widyarini M.Si
Kandidat Doktor Psikologi
sumber: sehatnews.com
1 Responses So Far:
try to following as a top article.........
so will be better to going directly......without any problem.