Gelombang kedatangan TKI mendorong meningkatnya jumlah umat Islam di Hong Kong secara signifikan. Perlahan namun pasti, mereka menunjukkan eksistensinya. Ini adalah tulisan dari beberapa wawancara sekaligus.
Umat Islam sudah hadir di Hong Kong sejak akhir abad ke 19, dimulai dari pedagang-pedagang Cina yang diislamkan pedagang-pedagang Arab. Pemerintah Hong Kong kini mencatat ada 80.000 orang Islam di Hong Kong. Namun jumlah ini belum termasuk gelombang terakhir kedatangan TKI ke Hong Kong yang sebagian besar mereka muslim.
Diperkirakan kini ada sekitar 120 ribu umat Islam di Hong Kong. Sebagian besar merupakan TKI, kemudian diikuti umat muslim Malaysia dan Pakistan.
Hong Kong memiliki 5 masjid yaitu Jamia Mosque, Stanley Mosque, Kowloon Mosque, Cape Collinson Mosque dan Ammar Mosque Wanchai. Umat muslim asal Indonesia paling banyak berkumpul di Masjid Ammar di Oi Kwan Road, Wanchai. Masjid ini memang paling dekat dengan lokasi tinggal mereka di sekitar Causeway Bay, Hong Kong.
"Aktivitas kami meningkat dengan pesat, malah banyak TKI yang mendapatkan hidayah di Hong Kong," ujar Abdul Muhaemin Karim, seorang ulama Indonesia dari Islamic Union of Hong Kong, saat ditemui detikcom di Victoria Park, Rabu 15 Agustus 2007 lalu.
Menurut pria kelahiran Cirebon, 43 tahun silam ini, peristiwa 11 September justru malah membangkitkan minat masyarakat Hong Kong untuk mengenal Islam. Berbagai kelompok agama, masyarakat, universitas dan organisasi meminta Union menjelaskan Islam kepada mereka. "Kita sampai kewalahan memenuhi undangan mereka, termasuk dari Gereja, umat Buddha dan Hindu," lanjutnya.
Kesadaran beragama di kalangan TKI pun meningkat pesat. Kegiatan pengajian mingguan yang disebut Halaqah, selalu kebanjiran peminat di hari Minggu yang merupakan hari libur TKI.
Halaqah kemudian berkembang menjadi hari Sabtu, kemudian diikuti pengajian-pengajian tengah minggu yang lebih kecil. Union kini menaungi dua organisasi induk yaitu Persatuan Dakwah Victoria (PDV) dan Gabungan Buruh Migran Muslim Hong Kong (Gammi).
"Ini organisasi yang lahir dari bawah dan kita memfasilitasi," jelas pria yang manyandang gelar Master of Comparative Religion dari International Islamic University of Islamabad.
Muhaemin mencontohkan PDV memiliki sejumlah anak organisasi yang menggelar sejumlah pelatihan komputer, menjahit dan berwira usaha untuk para TKI. "Pelatihan ini selalu penuh peminat, karena para TKI menyadari mereka memerlukan bekal untuk hidup mandiri," kata Muhaemin bersemangat.
Umat muslim di Hong Kong selalu menekankan di kalangan mereka perlunya menunjukkan wajah Islam yang ramah. Para TKI pun berperan sebagai role model muslim di rumah majikannya.
Pekerjaan sebagai pembantu tidak menjadi halangan mereka untuk menunaikan salat. Mereka sudah biasa salat menggunakan celana training sebagai pengganti mukena, atau meringkas salat dengan metode jamak dan qashar.
"Sekarang banyak majikan yang mencari TKI berjilbab karena dinilai kerja dan perilakunya baik. Bahkan ada majikan yang masuk Islam karena pembantunya yang berjilbab," jelas Muhaemin.
Muhaemin menatap optimistis masa depan umat Islam di Hong Kong. Selain respons pemerintah Hong Kong yang positif, umat Islam di Hong Kong juga punya tekad untuk maju dan menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat.
"Union berencana untuk menambah lagi da'i-da'i di Hong Kong dengan cara open recruitment untuk memperkuat dakwah di masa depan," pungkas Muhaemin.
sumber:
0 Responses So Far: